Sawit adalah sumber pendapatan bagi masyarakat di kabupaten Tanah Laut dan di Ds. Tanjung khususnya. Sawit merupakan pendapatan utama bagi pekebun sawit . awalnya sebelum menanam kebun sawit masyarakat menanam palawija seperti, jagung, padi, kacang tanah, dan sayur – sayuran. Namun , setelah 4 tahun terakhir tanah tidak bisa di tanami palawija, karena sawit sudah besar dan masyarakat memanen sawit. Kini masyarakat tidak bias menanam palawija lagi. Yah sawitlah pendapatan andalan masyarakat sekarang.
Sekarang sawit mulai banjir setiap hektar bias mencapai 4 – 5 ton. Hasil ini sungguh mengembirakan para petani. Biasanya buah mulai banjir di mulai bulan 11 (sebelas). Para petani banyak yang kebanjiran buah. Hasil panen yang di panen setiap 2 kali sebulan bias meningkatkan perekonomian masyarakat. Masyarakat di Ds. Tanjung minimal memiliki ¼ hektar sampai 5 hektar bahkan ada yang sampai 8 – 10 hektar per orang. Tapi , hanya beberapa orang , tidak banyak.
Buah yang banyak tentu mengembirakan masyarakat Ds. Tanjung. Namun hal ini tidak di imbangi dengan harga sawit. Harga sawit bagaikan air di danau yang ada pada musim kemarau.semakin hari semakin turun. Harga mulai Rp1.100,-, Rp1.025,-, Rp900,-, Rp800,-, Rp750,- hmh,,,,,. Harga yang sudah di anggap murah oleh petani Rp.1.100,- malah turun lagi setiap bulannya sampai harga Rp.750,- entah nanti panen lagi ini berapa harganya? Kemungkinan besar hagra akan turun lagi dari harga sebelumnya. Hmh,,, seharusnya petani senang menjadi kurang senang karena banjir buah tidak di imbangi dengan harga yang sesuai. Di mana para tengkulak kadang telat memuatnya sehingga buah sawit sampai beberapa hari baru ditimbang dan di muat. Ini menyebabkan buah susut sewaktu di timbang karena sudah 2 hari terdiam.
Harga turun merata di wilayah Kalimantan selatan. Masyarakta tidak tahu penyebabnya, karena masarakat tidak tahu informasi apa yang menyebabkan harga sawit turun secara berkala. Sebenarnya masyarakat ingin mengetahui informasi tentang turunnya harga sawit. Isu – isu yang berkembang adanya krisis di eropa dan banjirnya buah sawit itu adalah penyebab turunnya harga sawit. Namun, kalu sebabnya banjirnya sawit mengapa harga minyak goreng di pasaran malah naik Rp 9.000 per liternya. Itu tidak membuktikan bahwa banjirnya sawit membuat hagra minyak goreng turun. Ini membuat persepsi masyarakat terhadap pemerintah dan pedagang adalah pembual saja.
Masyarakat berharap adanya informasi yang sebenarnya dari pemerintah tentang harga sawit ini. Karena semakin hari sawit juga akan menurun buahnya. Sehingga kalau harga tetap turun dengan buah yang juga turun, masyarakat akan mengalami paceklik. He he,,,,,,,,,, hm,,,,,,, semoga jangan terjadi Amin,,,,,,,!